Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib - Gradation Info

Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib

Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib - Sahabat yang berbahagia, kali ini Gradation Info akan memberikan informasi penting , viral dan terupdate dengan judul Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib yang telah kami analisa dan cari persiapkan dengan matang untuk anda baca semua. Semoga imformasi yang kami sajikan mengenai Artikel Fiqih, Artikel Ringkasan, Artikel Shalat, yang kami tulis ini dapat anda menjadikan kita semua manusia yang berilmu dan barokah bagi semuanya.

Judul : Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib
link : Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib

FIQIH SHALAT SUNNAH SEBELUM DAN SESUDAH SHALAT FARDHU

Shalat-shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan setelah shalat fardhu adalah sebagai berikut:

1. SUNNAH RAWATIB

Shalat sunnah rawatib adalah shalat yang dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu, jumlahnya 12 raka’at, yaitu:
➖ Empat raka'at sebelum dzuhur (salam setiap dua raka’at).
➖ Dua raka'at setelah zhuhur
➖ Dua raka'at setelah maghrib
➖ Dua raka'at setelah Isya'
➖ Dua raka'at sebelum shalat shubuh.

Dalil yang menunjukkan shalat sunnah rawatib sebelum zhuhur 4 raka’at adalah sebagai berikut,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الغَدَاةِ

“Bahsawanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan shalat empat raka’at sebelum zhuhur dan dua raka’at sebelum subuh.”  (HR. Al Bukhari no.1182)

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا لَمْ يُصَلِّ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ صَلَّاهُنَّ بَعْدَهَا

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila belum shalat empat raka’at sebelum zhuhur, beliau mengerjakannya setelah zhuhur.”  (HR. Tirmidzi no.426, hadits ini dihasankan Syaikh al Albani)

Lihat  Majmu’ Fatawa Ibni Baaz (11/380)

WAKTUNYA
Waktu shalat rawatib mengikuti waktu shalat fardhu.

Sunnah qobliyah dilakukan sejak masuknya waktu shalat hingga shalat fardhu dikerjakan, dan sunnah ba’diyah dikerjakan setelah shalat fardhu hingga akhir waktu shalat.

Lihat Fatawa Arkanil Islam (hal.357)

MENGERJAKAN SUNNAH RAWATIB DI LUAR WAKTU

Tidak boleh mengerjakan shalat rawatib diluar waktu yang telah ditentukan. 🚫 Apabila seseorang melakukannya maka shalatnya tidak akan diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Karena ibadah yang telah ditentukan waktu pelaksanaannya, apabila dikerjakan di luar waktunya tanpa udzur maka tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah.

Lihat Fatawa Arkanil Islam (hal.358)

MENGAQADHA’ SUNNAH RAWATIB

Boleh mengerjakan (qadha’) shalat sunnah qobliyah setelah shalat fardhu jika ada udzur. Sebagaimana dahulu Rasulullah Shallalalhu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakan sunnah qobliyah zhuhur setelah shalat zhuhur.

Adapun jika tidak ada udzur maka tidak boleh.

Termasuk dalam kategori udzur adalah waktu shalat yang sempit, hanya cukup untuk berwudhu’ dan shalat fardhu saja; seperti seseorang yang baru pulang dari safar atau baru sembuh dari sakit.

Maka cara pelaksanaannya adalah mendahulukan sunnah ba’diyah dua raka’at kemudian salam, setelah itu sunnah qobliyah (yaitu: yang dikerjakan lebih dahulu adalah sunnah ba’diyah).

Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibni Utsaimin (14/278-280)

MENGQADHA’ SUNNAH RAWATIB PADA WAKTU TERLARANG

Waktu terlarang yang dimaksud pada bab ini adalah:
➖ Setelah shalat shubuh
➖ Ketika matahari terbit hingga 15 menit kemudian,
➖ dan setelah ashar hingga matahari terbenam sempurna.

Menurut pendapat yang kuat, mengaqadha’ sunnah rawatib boleh dilakukan pada waktu-waktu terlarang.

Sehingga boleh mengerjakan sunnah qobliyah shubuh setelah shalat shubuh.

Walaupun yang lebih utama adalah menunggu hingga masuk waktu dhuha.

Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu Utsaimin (14/280)

KEUTAMAANNYA

Keutamaannya telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya,

مَنْ صَلَّى فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ: أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ العِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ صَلَاةِ الْغَدَاةِ

“Barangsiapa mengerjakan shalat dua belas raka’at dalam sehari semalam, akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga,

(shalat-shalat tersebut) iaitu: empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at setelahnya, dua raka’at setelah maghrib, dua raka’at setelah isya’, dan dua raka’at sebelum shalat fajar.”

(HR. At Tirmidzi no. 598 dari Ummu Habibah radhiallahu ‘anha, hadits ini dishahihkan Syaikh al Albani)

Shalat dua belas raka’at di atas adalah sunnah rawatib yang sempurna, jika seseorang mencukupkan dengan sepuluh raka’at karena mengamalkan hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, yang menerangkan shalat rawatib sebelum zhuhur hanya dua raka’at maka tidak mengapa.

Selain sunnah rawatib, ada beberapa shalat yang sunnah dikerjakan sebelum dan setelah shalat fardhu, di antaranya adalah:

EMPAT RAKA’AT SETELAH ZHUHUR

Sunnah rawatib setelah zhuhur dua raka’at, namun jika seseorang menambah dua raka'at sehingga menjadi empat raka’at maka lebih utama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا وَبَعْدَهَا أَرْبَعًا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa yang shalat empat raka’at sebelum zhuhur dan empat raka’at setelahnya, Allah haramkan neraka baginya.”

(HR. Tirmidzi no.427 dan Ibnu Majah no.1160, disahihkan Syaikh al-Albani rahimahullah. Lihat Shahihul Jami’ no.6364)

Keutamaan ini berlaku bagi seorang yang menjaga shalat tersebut; tidak hanya melakukannya sekali atau dua kali dalam hidupnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa menjaga shalat empat raka’at sebelum zhuhur dan empat raka’at setelahnya, Allah haramkan neraka baginya.”

(HR. Tirmidzi no.428, dishahihkan Syaikh al-Albani)

Adapun tatacara pelaksanaannya adalah dipisah dengan salam pada dua raka’atnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

“(cara pelaksanaan) shalat (sunnah) malam dan siang hari adalah dua raka’at dua raka’at.”

(HR. Abu Daud no.1297 dan Tirmidzi no.597, dishahihkan Syaikh al-Albani)

EMPAT RAKA’AT SEBELUM ASHAR

Disunnahkan juga mengerjakan shalat empat raka'at sebelum ashar. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ العَصْرِ أَرْبَعًا

"Allah merahmati seseorang yang shalat empat raka'at sebelum ashar." 

(HR. Abu Daud no.1271 dan Tirmidzi no.430, dihasankan Syaikh al-Albani)

Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَبْلَ العَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيمِ عَلَى المَلَائِكَةِ المُقَرَّبِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤْمِنِينَ

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat empat raka’at sebelum ashar, beliau memisahkan antara (dua raka'at)nya dengan taslim (salam) kepada malaikat yang dekat dan kaum muslimin dan mukminin yang mengikuti mereka.”  (HR. Tirmidzi no.429)

Ishaq bin Ibrahim bin Rahawaih rahimahullah menjelaskan bahwa makna taslim pada hadits ini adalah duduk tasyahud. Sehingga shalat empat raka’at dilakukan dengan duduk tasyahud pada raka’at kedua.

Adapun Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal lebih condong memisahkan setiap dua raka’at dengan salam, karena berdalil dengan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

“(cara pelaksanaan) shalat (sunnah) malam dan siang hari adalah dua raka’at dua raka’at.”

(HR. Abu Daud no.1297 dan Tirmidzi no.597, dishahihkan Syaikh al-Albani)

Jika seseorang melakukan shalat dua raka’at saja maka tidak mengapa. Al-Lajnah ad-Daimah lil Ifta’ (Komite fatwa Arab Saudi) dalam fatwanya ketika ditanya hukum shalat sunnah sebelum ashar, menjelaskan,

“Shalat (sunnah) disyari’atkan untuk dikerjakan setelah adzan, berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بين كل أذانين صلاة

“Di antara dua adzan (iaitu adzan dan iqomat,pen) itu ada shalat”

Dan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رحم الله امرأ صلى أربعا قبل العصر

“Allah merahmati seseorang yang melakukan shalat empat raka’at sebelum ashar.”

Sehingga disunnahkan setelah adzan melakukan shalat dua raka’at atau empat raka’at berdasarkan dua hadits tersebut, dan shalat itu tidak wajib atasnya.

➖ Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Baaz
➖ Wakil Ketua: Syaikh Abdurrazaq ‘Afifi
➖ Anggota: Syaikh Abdullah Ghudayyan

BACA JUGA : TUNTUNAN SHALAT TAHIYATUL MASJID

Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib
hyacinth-flower-blossom-bloom by Pixabay
Bersambung insyaallah....

Dirangkum oleh: Tim Warisan Salaf

#Fawaidumum #fikihshalat #sholatsunnah

🍉 Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah
🍏 Channel kami https://t.me/warisansalaf
☀️ Twitter: https://twitter.com/warisansalaf
💻 Situs Resmi http://www.warisansalaf.com

Sekianlah artikel Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib


Anda sekarang membaca artikel Fiqih Shalat Sunnah Rawatib - Sebelum & Sesudah Shalat Wajib dengan alamat link http://gs-infoku.blogspot.com/2017/04/fiqih-shalat-sunnah-rawatib-sebelum.html

Subscribe to receive free email updates: